Aku tak tahu sampai kapan dan sedalam apa aku bisa
memendamnya. Hati dan perasaanku itu bukan disana. Aku tak tahu apakah saat ini
aku diuji bagaimana aku mengatakan ‘TIDAK!’ pada hal-hal yang sebenarnya aku
inginkan. Aku selalu takut mengambil resiko apalagi berkaitan dengan masa
depan, tetapi bukannya resiko itu akan menjadi masa depan?.
Aku tidak ingin dicap sebagai pendusta. Apalagi masalah
perasaan. Apakah sekarang sudah waktuku untuk bergerak, atau aku akan bergerak
setelah semuanya usai?
Masalahku yang ini seakan menjadi sebuah abu-abu yang tak
pernah usai. Ketika aku mengingatnya tiap hari, mungkin sepersekian detik aku
mati hanya untuk mengingat bagaimana kelanjutannya.
Aku tak bisa dengan egoisnya menaruh keinginanku dengan
mengorbankan orang lain. Disisi lain aku tak bisa menaruh masalah ini
berlarut-larut. Bukan masalah ringan sebenarnya, tapi juga bukan masalah yang
terlalu berat.
Aku hanya tak ingin semua berakhir dengan kecewa.
Apa aku harus mengorbankan perasaanku sendiri? Seakan tak
akan menjadi apa-apa kedepannya.
Aku ‘iya-iyakan’ saja kepada takdir yang terus memberi tanda
cawang, sebuah tanda aku telah menyelesaikan misi ini
Yang jadi pertanyaan adalah apakah sebuah dosa ketika kita
mengecewakan seseorang?
Cepat atau cepat Dia akan tahu, dan pastinya aku akan
terdiam dalam waktu yang sangat lama sambil memikirkan jawaban dari ribuan
tanya yang akan kau ucapkan suatu saat nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar