Scrap Words
Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali
Minggu, 22 Februari 2015
Sabtu, 21 Februari 2015
Selasa, 11 November 2014
Kalo Kamu Tau Ini Hal Yang Paling Aku Suka
Semua manusia paling suka kedamaian kan?
Begitu pula aku, aku paling seneng kita yang kayak gini..
Entah kenapa, senyum saat aku nerima kabar langsung dari kamu itu terasa lebih beda
Aku gak bisa bohong kalo kamu itu tetep beda..
Tetep sosok yang paling pas
Yang paling bisa buat aku tersenyum beda..
Aku suka kita yang kayak gini :)
Begitu pula aku, aku paling seneng kita yang kayak gini..
Entah kenapa, senyum saat aku nerima kabar langsung dari kamu itu terasa lebih beda
Aku gak bisa bohong kalo kamu itu tetep beda..
Tetep sosok yang paling pas
Yang paling bisa buat aku tersenyum beda..
Aku suka kita yang kayak gini :)
Selasa, 30 September 2014
Susahnya Mengembalikan Hati yang Terlanjur ..
Menghapus rasa kecewa tentunya tidak semudah memadamkan
sebatang korek api. Terlebih lagi saat menerima kata ‘maaf’, bukan hal yang
mudah untuk membayar rasa kecewa. Tapi begitu Maha Sempurna-Nya Dia yang menciptakan
rasa kelapangan dada dan menerima keadaan.
Saat kenyataan itu terbalik dan ada suatu kondisi yang tidak
pernah kita inginkan tentunya kita akan sangat marah dan tidak bisa berpikir secara
rasional lagi. Padahal masih banyak hal lagi yang harus kita pikir dan
pertimbangkan agar kedepannya lebih baik.
Mengikhlaskan Suatu Kondisi
Maha Besar Dia yang menciptakan rasa ikhlas dalam hati
manusia. Pikiran negatif yang tak bisa kita bendung pada saat emosi sedang naik
justru akan membuat segalanya menjadi rumit, takkan menyelesaikan masalah.
Menahan emosi bukan berarti kita dendam, melainkan
membiarkan emosi untuk tetap pergi dengan tenang.
Saat masalah dirasa sangat berat, kondisi tersebut harusnya
menjadi media agar kita bisa belajar untuk sabar. Bukankah masa-masa berat yang
kita lalui adalah jalan menuju sesuatu besar yang disiapkan oleh Yang Maha
Kuasa. Pastinya masalah tersebut ada agar kita bisa mengambil pelajaran
didalamnya.
Ikhlas memang berat. Mengawali rasa ikhlas adalah dengan
kita tidak ikhlas terlebih dahulu. Kemudian lambat laun, kita dengan mudahnya
melewati masa-masa rumit kita dengan belajar untuk mengikhlaskannya.
Amarah
tidak akan menyelesaikan masalah, Amarah tidak akan dapat mengembalikan apa
yang sudah terlanjur hilang.
Dalam keadaan marah, kita tidak bisa berpikir secara jernih.
Kita malah memberikan solusi-solusi yang sepertinya bisa menyelesaikan masalah
secara cerdas. Ibarat mabuk, yang kita lihat adalah hal-hal imajinatif, hal-hal
yang sebenarnya belum tentu benar, atau kita sedang memandang apa yang belum
tentu ada. Kita tak tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik
mana yang bukan.
Pentingnya bersabar, pentingnya ikhlas, pentingnya melupakan
rasa kecewa. Mintalah kepada Dia, Sang Pencipta Rasa. Istighfar ! Istighfar !. Agar pikiran kita bisa jernih secara
perlahan, agar Yang Kuasa mencabut rasa kecewa tersebut.
Belum Bisa Bergeser dari Apa yang Ditakutkan
Aku tak tahu sampai kapan dan sedalam apa aku bisa
memendamnya. Hati dan perasaanku itu bukan disana. Aku tak tahu apakah saat ini
aku diuji bagaimana aku mengatakan ‘TIDAK!’ pada hal-hal yang sebenarnya aku
inginkan. Aku selalu takut mengambil resiko apalagi berkaitan dengan masa
depan, tetapi bukannya resiko itu akan menjadi masa depan?.
Aku tidak ingin dicap sebagai pendusta. Apalagi masalah
perasaan. Apakah sekarang sudah waktuku untuk bergerak, atau aku akan bergerak
setelah semuanya usai?
Masalahku yang ini seakan menjadi sebuah abu-abu yang tak
pernah usai. Ketika aku mengingatnya tiap hari, mungkin sepersekian detik aku
mati hanya untuk mengingat bagaimana kelanjutannya.
Aku tak bisa dengan egoisnya menaruh keinginanku dengan
mengorbankan orang lain. Disisi lain aku tak bisa menaruh masalah ini
berlarut-larut. Bukan masalah ringan sebenarnya, tapi juga bukan masalah yang
terlalu berat.
Aku hanya tak ingin semua berakhir dengan kecewa.
Apa aku harus mengorbankan perasaanku sendiri? Seakan tak
akan menjadi apa-apa kedepannya.
Aku ‘iya-iyakan’ saja kepada takdir yang terus memberi tanda
cawang, sebuah tanda aku telah menyelesaikan misi ini
Yang jadi pertanyaan adalah apakah sebuah dosa ketika kita
mengecewakan seseorang?
Cepat atau cepat Dia akan tahu, dan pastinya aku akan
terdiam dalam waktu yang sangat lama sambil memikirkan jawaban dari ribuan
tanya yang akan kau ucapkan suatu saat nanti.
Langganan:
Postingan (Atom)