“Andai saja luka itu
bisa dipindahkan, biarkan lukamu itu berpindah kepadaku, agar kau tak merasakan
luka itu, biarkan aku yang merasakan, biar aku yang terluka, tapi sayangnya itu
takkan bisa.”
Sakitkah?
Maafkan aku yang hanya bisa melukis luka.
Wanita yang hanya bisa menyakiti,
Memberimu racun yang takkan terobati.
Namaku tertulis dikisah-kisah cinta rumitmu,
Menjadi penyakit di memorimu.
Kau tak tahu,
Bagaimana kau menjadi bintang disiang hari dan pelangi malam
itu,
Keindahan yang tak terlihat.
Aku,
Seseorang yang tak pandai menjadi apa yang kau inginkan,
Seseorang yang tak bisa menerima kata-katamu,
Membaca apa yang kau inginkan..
Mengertilah,
Maafkan aku yang hanya bisa beremosi dengan puisi.
Hari ini terindah, sayangnya kau tak bersamaku,
Asik dengan hati yang baru kah?,
Menutup kisah lama yang kau janjikan untuk bertahan?,
Meninggalkan beberapa tanda tanya yang takkan terjawab?,
Menulis dilembaran baru yang akan kau isi dengan penuh
coretan lagi?.
Hidupmu abstrak, Pelangi Malam!!,
Bagai partikel-partikel non-magnetik yang bermedan acak, tak
tau arah,
Tak seperti anak panah yang terfokus pada satu arah, dan
melesat.
Rasa bersalah itu mencakarku,
Membuat luka disini, kubiarkan luka itu terbuka,
Hampa ini yang membalutnya.
Pelangi Malam . . . . . . .